Skip to main content

Gimana Sih Perjalanan Buat Tetapin Cita-Cita Jadi Dokter?

Sudah lama aku tidak membuat blog karena kesibukan yang sangat menyita waktu untuk ngeblog. Semoga bisa jadi motivasi teman-teman buat bisa berpikir positif terhadap apa yang mungkin bagi teman-teman kurang sreg.

Nah, aku mau cerita-cerita aja nih *santuy ajalaya*

Aku dulu pernah mengalami masa-masa seperti orang pintar pada umumnya. 

Apa itu???

Apalagi kalau bukan dokter, seorang pekerja yang tujuannya membantu pasien dengan sangat mulia dan kata-kata tersebut selalu jadi patokan alasan setiap orang yang bercita-cita. Mungkin kalau alasannya mendapat gaji besar udah gak laku lagi lah ya WALAUPUN gak bisa dipungkiri gaji dokter swasta cukup besar apalagi RS yang youknowlah
Kalau mau dapetin gaji gede, ya jangan jadi dokter.

Pernah suatu ketika, aku mengikuti Open House FKUI dua kali dan selalu mematahkan alasan ini. Pasti selalu melihat perjuangannya para dokter, materi kuliahnya sih gak terlalu dilihat hmm..

Untungnya, aku gak pernah kapok setiap kali mata pelajaran Biologi bikin mumet. Belajar pun gak pernah tuntas buat UAS -kabar baik teman juga belum selesai belajarnya jadi seperjuanganlah ya- KATA temenku SMA, "Ical mah bisa lah masuk FKUI, wong Rangking 1 mulu di kelas-_-"

Dalam hati sih ingin berteriak, EMANGG SEGAMPANGG ITUU???

Di sisi lain, itu jadi penyemangat buatku sih. Apalagi keinginan itu sempat terpendam saat. . . . 
Yok flashback dulu jaman SD sampe SMA ~~~~

Aku tersadar bahwa aku sangat senang bermain sebelum kelas 3 SD, aku senang banget lari-larian sama teman sampai berkeringat dan saat orang tua suka mantau aku.. langsung dinasihatin dengan nada kencang, "JANGAN LARI-LARIAN, ENTAR KALAU KESANDUNG MAMA YANG SEDIH"

Akhirnya, perlahan aku mencoba untuk belajar dari awalnya harus disuruh sama mama dengan sistem tanya jawab + jawabannya harus sampai detail kata-katanya harus bener  - Hal ini menjadi penyebab cara belajarku jadi mengandalkan hafalan dan kayak harus perlahan biar bisa pahamin materi

Jadi belajar sendiri dengan sistem hafalin, tapi materinya gak hectic lah ya jadi saat itu masih bisa ya dapat nilai bagus.. dan sekali lagi

Rangking 1 di Kelas bukan berarti harus selalu bagus ya nilainya.. Aku pernah mengalami semua penilaian dari 0-100

Tapi, pencapaian yang sangat berharga ini membuatku terus bersemangat menggapai cita-cita. Iya si memang awalnya mau jadi guru, jadi polisi, terakhir ini jadi dokter. Dibilang jadi guru, eh ortu bilang gajinya gak seberapa. Dibilang jadi polisi, eh ortu bilang "kamu berani kalau lagi berhadapan sama penjahat?" Mohon maap nih, Outbound aja masih deg-degan walaupun sebagai cowok gak pernah berteriak ketakutan.
Tandanya, pencapaianku ini memang entah dicocoklogikan atau cocok jadi dokter by STIGMA

Aku mau jadi dokter, kampusnya UI - Ini omongan dari anak kelas 5-6 dan dibantah sama seorang teman

Temen : "Bukannya FKUI mahal ya? 
Aku     : "Tau dari mana?"
Temen : "Saudaraku ada yang disana, biaya kuliah per semesternya mahal banget"

Aku orangnya mengalah, dan memendam suatu pembicaraan mengenai cita-cita. Bisa jadi aku terlalu berekspektasi terhadap UI padahal masih SD, dan memang suatu fakta bahwa UI dulu memiliki track record FK yang gak bagus karena biayanya yang mencekik leher.

Dari kelas 4 sampai 6 mendapat pencapaian berharga tanpa ikut organisasi apapun, ya kalau ada pastinya wajib dong.. Pramuka namanya uhuy :) Ku selalu aktif di setiap kegiatan entah itu belajar, bermain, sampe kegiatan kurang pentinggg bablas ae. Di SMP pun, sepertinya aku bertemu dengan teman yang lebih receh daripada SD. Temen SD dulu banyak banget yang masuk SMPN 12 Bekasi yang 'katanya' favorit banget dan sekolahnya bersih, banyak anak-anak pinternya guys (temen sekelas di SD aja pada pinter-pinter teuing). Pernah suatu ketika, teman sebangku aku nih emang bisa dikatakan "temen saingan" sama orang-orang. Temen di depan aku? Saingan. Temen di belakang aku? Saingan juga. Yaudah deh, kalau ngerjain LKS, anak-anak tersebut berkumpul untuk bekerja sama. DAN aku pernah terpengaruh saat itu, lagian pada nanya sama aku mulu :( 

DAN pernah pula saat mengerjakan tugas yang berbuah nilai plus. Temen sebangku sama aku langsung berebut berdiri paling depan dong, tapi dia pernah jatoh (maaf-maaf-maaf +999) Apalagi pas Privat dan Les saat kelas 6 *gangertilagi jaman itu*

Sempat menyesal sih saat itu gak diperbolehkan ortu karena jaraknya jauh sehingga ku memilih SMPN 9 Bekasi. Cita-cita jadi dokter? Gak kepikiran sama sekali....

Seneng-seneng dulu lah sama temen seper-receh-anku. Baru kali ini ketemu temen receh dan bisa diajak ketawa bareng... Eits, tapi tenang aja mereka tetap pinter di kelasku BAHKAN jenius dan mereka-mereka bisa lanjut pula ke SMA RSBI di Kota Bekasi. Kepintaran mereka ini membantu banget mambawa kelasku menjadi kelas dengan nilai paling tinggi di mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.

Belajar? Harus tetap jalan sebagaimana yang sudah dinasihati sejak SD. "Kalau kamu mau Rangking 1, ya belajar yang rajin jangan kebanyakan main." - sepertinya DOGMA ini berjalan di otakku.
Facebook? Penuh banget sama timeline berisi motivasi dan curhat, Yaa Allah masa kecilku memang polos banget, gak mikir banget gitu kadang kalau mau ngetik.
Bermain? Cuma lihatin temen main aja udah hiburaaaan banget buatku.

Kedua hal itulah yang membuat suatu jalan bagiku buat bisa survive sama temen seper-receh-anku, selain jadi dikenal banyak orang juga dengan image pintar dari 18 kelas lainnya (banyak banget sih jumlah kelasnya emang). Oh ya, ada faktor sahabat juga yang baru aku dapetin lagi kontaknya pas Semester 4 perkuliahan ini.

Ada teman yang menyimpulkan kalau aku pintar bukan darisananya, tapi karena belajar : Aku menganggap jawaban ini sangat brilian untuk aku. Kenapa tidak? Aku makin gak bisa alias ngasal kalau gak belajar sebelumnya karena DOGMA.

Pengalaman lainnya yang menguatkan cocoklogi kedokteran ini adalah bisa terpilih sama guru IPA dan IPS buat ikut Lomba Siswa Berpretasi se-Kota Bekasi melalui tahap subrayon dengan juara 2 dan Olimpiade IPS tingkat Nasional melalui tahap sekolah dengan predikat lolos :)

Bahkan, puncaknya di perpisahan SMP tiba-tiba namaku disebut sebagai "Siswa dengan Nilai Rapot Tertinggi di SMPN 9 Bekasi". Hatiku langsung tersentak, dan mengingat pengalaman sebelumnya, apakah ini cocoklogi lagi ya sama track record aku?

Oh ya oh ya, pas Ujian Nasional SMP, pemberian hasil UN terjadi di rumah wali kelas dan kita datang bareng-bareng. Kemudian, saat membuka amplop hasilnya, teman-teman langsung bahagiaaaa banget.. sedangkan aku? Kurang bahagia karena nilaiku lebih kecil dari mereka walau SEDIKIT. Untungnya masih di rata-rata 90 ke atas dikit

Cumaa yaa pas masuk SMA.. lagi-lagi ini alasannya bukan karena jauh, tapi karena nilai UN di bawah nilai minimal masuk SMAnya. Memang sih ini bukan tingkat SMA favorit lagi, tapi RSBI..

Bayangkannn, baru kali ini aku merasakan kejanggalan. Nilai Rapot Tertinggi bisa sampe 94 lebih tapi Nilai UN cuma segitu huaaa Ada apa denganku?

Beruntungnya, ada satu lagi SMA RSBI tapi nilai minimalnya masih sesuai.. yaitu SMAN 3 Bogor dan masih beruntung pula bertemu dengan teman-teman pintar tapi juga supel, mau nemenin aku di saat galau-gundah-merana (Lebay gak ya? wkwk)
Disinilah letak keaktifanku melihat lebih jauh tentang FK tanpa tahu saingan dari kelas lain yang ternyata sudah kekeuh dari awal mau milih FKUI.. Tapi gak ada kebayang sama sekali tentang Farmasi

Kenapa akhirnya aku pilih Farmasi? Stay tune aja ya perjuanganku selanjutnya.
 

Comments

Popular posts from this blog

[SHARING SEMESTER 1 APOTEKER UI]

Setelah sekian lama penulis tidak membuat blog setahun-an ini, akhirnya penulis bisa mencurahkan kembali apa yang sudah dilewati. Penulis ingin memberikan insight berharga, khususnya pada kuliah profesi apoteker yang akan didominasi oleh Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA), diawali oleh kuliah pembekalan apoteker, dan diakhiri oleh berbagai ujian profesi. Assalamu'alaikum, teman-teman! Mungkin ceritaku ini tidak akan terlalu panjang karena tidak semua agendaku ter-capture di ingatan, melainkan hal-hal yang ada di ingatanku bisa aku tuliskan di sini. Sebagai fakta, aku masuk profesi apoteker UI selaku alumni S1 Farmasi UI, namun tetap saja harus mengikuti tes kefarmasian karena jumlah mahasiswa angkatanku yang mendaftar apoteker UI melebihi kuota yang seharusnya (120 mahasiswa). Alhamdulillah, aku diterima dengan rangking hasil tes di sekitar 50an dari 120 mahasiswa yang masuk di Agustus 2022. Secepat itu memang jarak antara sidang skripsi S1 di 07 Juli 2022 dengan masuk kuliah ap...

[SHARING SEMESTER 8 - JILID 1]

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Kembali lagi bersamaku, Ical yang akan membagikan cerita dunia perkuliahan Farmasi Semester 8. Nah, Idealnya kuliah Farmasi itu 4 tahun ya alias 8 semester. Alhamdulillah, sebelum semester 8 tersebut aku bisa melampaui minimal SKS untuk bisa mengambil mata kuliah bernama "SKRIPSI" sebanyak 6 SKS. Ya, sebelum skripsi, aku mengikuti seminar proposal yang kebetulan dapat jadwal di tanggal 27 Januari 2022. Sebelum seminar proposal, aku langsung bercerita saja ya di blog ini.... stay tune ! Cerita ini bermula dari bulan Juli 2021 saat aku akan menempuh semester 7. Memang sih, bulan tersebut masih masa-masa liburan. Akan tetapi, pemilihan bidang dan dosen pembimbing (eiya dosbingnya langsung yang dipilih saat itu) sudah dimulai. Kuota mahasiswa per dosbing pun tidak banyak berdasarkan prioritas bidang dan dosenku yang sudah aku list  sehingga sinyal adalah penentu pilihanku untuk bisa lanjut pada berbagai bimbingan yang 'menyenangkan' itu. Alham...

[SHARING SEMESTER 7]

Assalamu'alaikum Wr. Wb, kembali lagi bersama saya yang Alhamdulillah sudah melewati banyak rintangan. Nah, disini aku mau sharing mengenai Semester 7. Ternyata, Semester 7nya di Farmasi UI hanya membutuhkan beberapa SKS lagi. 24 SKS pun gak sampe, udah dimaksimalin di Semester 5 dan 6 juga. Mata kuliah apa aja tuh? Farmakoterapi 3 (2 SKS) : Sistem pembelajarannya kurang lebih sama dengan Farmakoterapi 1 dan 2 seperti membaca studi kasus-presentasi-tanya jawab, hanya saja materinya dominan pada berbagai macam Infeksi. Pastikan mata kuliah Obat Gangguan Infeksi dan Neoplasmanya lulus, ya! Soalnya UTS dan UASnya benar-benar hectic karena banyak gitu sih isi materinya. Aseptik Dispensing (2 SKS) : Sistem pembelajarannya disini berbeda berdasarkan dosen pengajar. Kalau dosen pengajar Teknologi Farmasi, hanya akan ada penjelasan dan tanya jawab, diakhiri oleh kuis. Sedangkan, dosen pengajar Klinis hanya akan memberikan pendahuluan dan presentasi-tanya jawab tanpa kuis. UTSnya lebih ke m...