Setelah sekian lama penulis tidak membuat blog setahun-an ini, akhirnya penulis bisa mencurahkan kembali apa yang sudah dilewati. Penulis ingin memberikan insight berharga, khususnya pada kuliah profesi apoteker yang akan didominasi oleh Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA), diawali oleh kuliah pembekalan apoteker, dan diakhiri oleh berbagai ujian profesi.
Assalamu'alaikum, teman-teman!
Mungkin ceritaku ini tidak akan terlalu panjang karena tidak semua agendaku ter-capture di ingatan, melainkan hal-hal yang ada di ingatanku bisa aku tuliskan di sini.
Sebagai fakta, aku masuk profesi apoteker UI selaku alumni S1 Farmasi UI, namun tetap saja harus mengikuti tes kefarmasian karena jumlah mahasiswa angkatanku yang mendaftar apoteker UI melebihi kuota yang seharusnya (120 mahasiswa). Alhamdulillah, aku diterima dengan rangking hasil tes di sekitar 50an dari 120 mahasiswa yang masuk di Agustus 2022. Secepat itu memang jarak antara sidang skripsi S1 di 07 Juli 2022 dengan masuk kuliah apoteker UI di 29 Agustus 2022.
Kapan lagi bisa pakai jas putih tulang dengan nametag gelar S. Farm? Fotonya persis depan gedung Farmasi UI pula!
Tidak kaget lagi dengan teman-teman sekelas yang dulunya juga sekelas di rombongan belajar C sehingga aku tidak membutuhkan adaptasi dari awal. Sistem pembagian pengerjaan tugas kuliah juga sama saja : membaginya via ladder shuffle, kerjakan sambil compile, presentasiin secara bergantian sesuai tugas hasil pembagian. Hanya saja, hal tersebut memunculkan suatu kelemahan saat tidak ada seorang pun yang sempat mempelajari semuanya, "Tidak bisa menjawab". Setiap orang memiliki kemampuan dan cara membuat presentasi yang berbeda. Namun, dosen-dosenku saat itu cukup 'moody' saat tidak ada mahasiswa yang bisa menjawab dan mereka menganggap bahwa kami-kami ini sudah memahami dan mengerti materi-materi perkuliahan S1.
HAHAHA padahal mah cara pengajaran mata kuliah di S1 saja sudah cukup membuat gap antara dosen yang "senang menjelaskan", "senang bertanya ke mahasiswa", "senang memberikan tugas", sampai "senang memandirikan mahasiswa". Hal ini membuat anggapan ke kami bahwa mata kuliah X susah, mata kuliah Y mudah padahal karena cara penyampaian dosen yang berbeda-beda ditambah lagi mahasiswa kurang berusaha lebih untuk mengintegrasikan semua pemahaman itu.
Aku bersyukur bahwa kuliah pembekalan apoteker ini bisa disampaikan dengan seragam, ditambah lagi adanya PKPA sehingga hal-hal yang sebelumnya aku anggap "teori doang" eh ternyata ada "fisiknya" lho di lapangan. Selama 5 minggu kuliah pembekalan apoteker berjalan, tiba-tiba dihadapkan oleh Ujian Akhir Semester (UAS) yang mengakhirkan aku pada kepasrahan karena banyak soal tidak terisi akibat penyampaian kasus sebelum pertanyaan yang bertubi-tubi. Padahal, tidak semua orang bisa memahami kasus secepat itu apalagi kalau kasusnya berantai.
Dari kuliah tersebut, aku menemukan insight yang bagus untuk diriku sendiri, "Kalau mau memecahkan masalah, harus paham kasusnya terlebih dahulu secara utuh. Salah mengambil keputusan bisa berpengaruh terhadap pasien pada alur selanjut selanjutnya." Dan insight tersebut aku perdalam lagi mulai PKPA di tempat pertamaku, Industri Farmasi.
Pertama, PKPA Industri yang berjalan selama 2 bulan. PKPA ini merupakan titik dimana aku banyak belajar berbagai departemen hingga menggugahku untuk bekerja di industri farmasi for the next time. Aku peroleh tempat PKPA Industri pada PT. Darya-Varia Laboratoria Gunung Putri bersama salah satu teman 'satset' ku, Proudhia. Penentuan alur tempat PKPA sudah dilakukan sejak Pengenalan Sistem Akademik Program Studi Apoteker UI. Jika diingat-ingat kembali, kami layaknya pekerja di industri farmasi karena hampir 100% dilepas untuk belajar di Quality Control. Kami harus banyak bertanya kepada berbagai analis dan para pimpinan Quality Control tanpa diajari terlebih dahulu. Kami hanya berbekal teori yang kami peroleh saat kuliah S1 dan profesi apoteker. Bahkan, kami harus inisiatif untuk sekadar meminta jadwal induksi/overview departemen lain kepada HR selaku koordinatornya.
Seperti biasa, senin - jumat kami PKPA dari jam setengah 8 pagi hingga setengah 5 sore. Hidup terasa monoton karena tiada diskusi yang interaktif antara analis, staf, supervisor, dan manager. Terlebih lagi, kami dapat mengerjakan tugas tidak pernah melebihi 2 hari (kecuali tugas yang sekiranya jangka panjang maka bisa sampai seminggu) sehingga kami biasa mengisi waktu dengan berselancar di media sosial, LinkedIn, bahkan bisa random tanya ke analis tentang dunia kerja dan luar kerja. Kebetulan, kami diperbolehkan membawa alat elektronik dengan mudahnya sehingga hidup kami bisa diatur sedemikian rupa.
Bahkan, aku pernah bertugas menjadi juri secara daring untuk menilai esai ilmiah peserta Pharfest UI tingkat SMA, hahahah. Seniat itu untuk bertugas padahal lagi PKPA karena tugas PKPAnya sedang selesai dan sedang menunggu review dari supervisor QC. Beberapa waktu kemudian, kami diberikan beberapa tugas kecil-kecilan mulai dari membuat formulir hasil pengujian, mengolah data persentil dengan Minitab, hingga merekonsiliasi parameter pengujian dengan kompendial. Butuh waktu lama untuk menyelesaikan seluruh tugas tersebut bersama temanku. Aku berpikir bahwa konsistensi dalam mengerjakan tugas memang sangat dibutuhkan agar ada waktu untuk hal yang urgent. Apa tuh? MENYICIL LAPORAN PKPA!
9 minggu sudah berjalan hingga tidak terasa sudah mau akhir Desember! Alhamdulillah, kami ditawari gathering satu perusahaan di Dufan (fyi, Dufan kerjasama baik dengan perusahaan tempat PKPAku). Kebetulan, tempat PKPA ku (PT. Darya Varia Laboratoria Gunung Putri) mengadakan gathering di waktu yang tepat dan menaiki bis untuk sampai di Dufan. Tidak hanya itu, tiba-tiba pula ada event inovasi perusahaan dan event makan siang bersama.. bahkan sampai ada perlombaan kecil-kecilan di halaman belakang pabrik!
Comments
Post a Comment